Anak Berhak Mendapatkan Pendidikan di Lingkungan Sekolah Yang Ramah Anak

Kupang, (18/07) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTT hadir dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMAN 10 Kupang. Kehadiran DP3AP2KB dalam kesempatan ini untuk menegaskan komitmen pemerintah memastikan terpenuhinya hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan mengenalkan pendidik dan anak akan pentingnya anak dalam lingkungan yang ramah anak melalui kebijakan Satuan Pendidikan Ramah Anak (SPRA).

SPRA adalah konsep pendidikan yang bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung bagi anak-anak dengan memperhatikan hak-hak, kebutuhan, dan perkembangan anak secara holistik. Prinsip-prinsip utama SPRA meliputi perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi, mendorong partisipasi aktif anak, menyediakan pendidikan berkualitas tanpa diskriminasi, serta memastikan kesejahteraan fisik dan mental anak dalam lingkungan pendidikan yang aman dan inklusif.”

Kepala Dinas P3AP2KB Provinsi Nusa Tenggara Timur,  Ruth Diana Laiskodat, S.Si, Apt., M.M  menegaskan anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, akses kesehatan yang baik, partisipasi dalam keputusan yang memengaruhi mereka, serta identitas dan kewarganegaraan yang jelas”, urai Ruth Laiskodat.

Momen ini menjadi sangat penting karena anak baru memasuki masa sekolah di Sekolah Menengah Atas dan akan berinteraksi bersama guru/pendidik dan teman sebaya selama 3 (tiga) tahun dan membutuhkan informasi sehingga dapat menbekali anak dalam pergaulan di sekolah dan mendapatkan edukasi terkait isu kekerasan yang bisa saja terjadi di lingkungan sekolah. Beliau juga meminta sekolah menyiapkan sarana prasarana untuk mendukung terciptanya Sekolah yang Ramah Anak. MPLS ini melibatkan 18 guru,  85 siswa/i baru.

Selain menegaskan pentingnya pemenuhan hak anak, Kadis DP3AP2KB Provinsi NTT juga mensosialisasikan bahaya bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Ada 5 jenis bullying. Bullying fisik  biasaya melukai tubuh korban seperti memukul, menendang, menajmbak. Bullying verbal yaitu tindakan yang melukai perasaan korban dengan kata-kata, seperti menghina, mencela, mengancam, mengejek, atau menyebarkan gossip. Bullying sosial tindakan seperti mengucilkan, menggosipkan, memfitnah, atau membuat korban menjadi bahan tertawaan. Bullying seksual/kekerasan seksual yaitu tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresif atau verbal.  Bullying ciber yaitu tindakan yang melukai korban melalui media elektronik atau internet, seperti mengirim pesan bernada negatif, mengunggah foto atau video yang mempermalukan, membuat akun palsu untuk menipu /mengganggu, atau melakukan peretasan.

Contoh bullying yang sering terjadi di peragakan dalam penyampaian materi. Anak-anak juga diajak untuk menjadi melapor kepada orang tua atau guru jika menjadi korban bullying sehingga dapat ditangani dan memutus rantai kekerasan di sekolah dan bahwa ada sanksi hukum yang mengikuti jika dilakukan proses hukum.

Dalam sesi akhir, Kadis DP3AP2KB menyerahkan kepada Drs. Daniel Bolle selaku Kepala Sekolah  SMAN 10 Kupang  9 buku Kepemimpinan Out of the Box, Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur Nusa Tenggara Timur Masa Jabatan 2018-2023 yaitu series buku 2 tahun kepemimpinan, 4 tahun kepemimpinan dan 5 tahun kepemimpinan serta Buku “Sisi lain VBL” sebanyak 3 buku.  Ocha

#kemenpppaRI
#deputibidangperlindungankhususanak
#deputipemenuhanhakanak
#dp3ap2kbprovinsintt
#dinaspdankprovinsintt
#bidangperlindungankhususanak
#sman10kupang
#cegahbullyingdisekolah
#marilindungianak
#menujuindonesiaemas
#hakanak

Bagikan kepada..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *